Aku Ingin Hijrah! Pakai Dulu Hijabnya


"Pakaianmu kok itu-itu aja ?"
"Kamu gak suka yang fashion ala-ala gitu ya?"
"Mbok nyandang!"

Dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan semacam ini yang sering aku dapatkan dari teman baik secara langsung maupun bisik-bisik di belakang. Akupun hanya bisa menjawab dengan kalimat "iya benar" sembari tersenyum. Kalau tersinggung sih enggak, cuma bingung aja mau jawab apa ? Gak mungkin kan kalau dijawab panjang lebar, bisa-bisa malah berujung debat atau saling menjelekkan satu sama lain. Tapi khusus di tulisan kali ini aku bakal menjawab semua pertanyaan itu, bukan untuk sebuah pembelaan namun untuk saling belajar. Belajar untuk hijrah dan sama-sama belajar tentang bagaimana cara berpakaian yang baik sesuai syariat. Aku memang bukan orang yang pandai agama, namun aku juga ingin bercerita setidaknya untuk diriku kelak, syukur-syukur bisa memotivasi orang lain.



1. Aku ingin mengiku trend, boleh ?

Boleh aja, toh trend ada karna untuk ditiru, betul gak ? Kalau aku sih sering bertanya pada diri sendiri dulu, "Apakah dengan mengikuti trend hijab atau berbagai jenis dan merk pakaian bisa membuatku bahagia ?" Ternyata tidak. Beberapa kali aku mencobanya justru aku semakin jauh dengan jati diriku. Risih, aku seperti merasa menjadi orang lain, lebih tepatnya gak nyaman. Pergi ke supermarket bajunya sama dengan orang lain, pergi ke kampus tas bisa sama dengan mahasiswa lain, pergi traveling lagi-lagi style nya kembar sama orang yang gak dikenal, dan waktu datang ke kondangan pun ceritanya sama haha. Malu gak sih kalau pada dilihatin ? Kadang bikin senyum-senyum sendiri sambil ngomong dalam hati "yah kok bisa sama".

Kalau di buku Malcolm Barnard, fashion dan komunikasi 2007 Thomas Carlyle mengatakan "pakaian adalah perlambang jiwa" . Nah itulah salah satu hal kecil yang membuatku lebih suka memadu padankan sendiri pakaian yang cocok denganku, biar nyaman. Salah satu item wajib yang kupakai adalah rok/dress yang entah nanti akan kupadukan dengan apapun. Benar saja! Setelah terbiasa berpenampilan seperti itu, ternyata banyak orang yang mengenaliku hanya dengan penampilan. "Oh.. yang pakai rok itu ya" . Nah buat kamu juga nih, kenapa gak ikut buat style sendiri ? Itung-itung kan bisa jadi bentuk ekspresi diri, gak melulu meniru apa yang selalu dipakai oleh selebgram dan orang lain. Ingat ya, ngikutin trend itu gak bakal ada habisnya.



2. Apa caraku berpakaian saat ini sudah benar ?

Lagi-lagi tanya dalam hati dulu, "aku berpakaian sebagus ini agar terlihat cantik dan modis untuk siapa ?". Aku pengen jawab untuk pacar, tapi Alhamdulillah gak punya. Aku pengen jawab biar di lirik orang, Na'udzubillah.. bukannya wanita harusnya menutup aurat ? atau aku harus jawab supaya gak ketinggalan jaman ? Yah.. sampai kapan sih sibuk ngurusin pakaian dengan model ini itu sampe lupa urusan akhirat?. Stop! Hijrahlah mulai sekarang kalau kamu gak menemukan jawaban yang tepat.

Aku dulu juga bingung, harus mulai dari mana ya kalau mau berubah, aku pengen berhijrah. Mungkin proses orang berbeda-beda, dan Allah menyadarkan ku lewat hijab. Hal pertama yang aku lakukan untuk berhijrah adalah menutup aurat dengan membiasakan pakai hijab. Saat itu tiga item yang wajib ada di lemari adalah rok, jaket, dan kerudung. Jadi, kapan saja saat aku akan keluar rumah ketiga item itu wajib dipakai, memang belum terbiasa saat itu tapi harus memaksa diri sendiri dengan cara mengingat kata teman saya sesama anak rohis :

"satu langkah wanita keluar rumah tanpa menutup aurat, satu langkah pula ayahnya hampir masuk neraka. Satu langkah seorang istri keluar rumah tanpa menutup aurat, satu langkah suaminya hampir masuk neraka" atau "dosa anak perempuan ditanggung seorang ayah"

Mohon maaf, tapi shahihkah hadits tersebut ? Mungkin teman-teman bisa cari tahu terlebih dahulu dan jangan langsung dijadikan pedoman. Diluar itu, setelah mendengar kedua kalimat tersebut sewaktu SMA saya jadi was-was juga nih. Tapi Alhamdulillah gara-gara tiga item wajib tadi, jadi kebiasaan deh sampai sekarang. Tak berhenti disitu saja, aku terus membiasakan untuk merubah cara berpakaianku agar bisa sesuai syariat. Perlahan tapi pasti, aku terus belajar agar selalu memakai rok panjang diseratai kaos kaki, mengenakan lengan panjang hingga menutup pergelangan tangan, dan mengenakan hijab yang masing-masing ujungnya dipanjangakan (menutup dada dan punggung). Kemudian aku juga membiasakan untuk tidak mengucir rambut terlalu tinggi menyerupai punuk unta. Sesekali aku juga belajar pakai gamis di waktu tertentu supaya makin terbiasa. Saat akan memilih pakaian, aku berusaha mengingat bebera ayat ini

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Artinya: Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]

يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ يَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا

Artinya: Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan).[HR. Abu Dâwud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218. Hadist ini di shahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah]

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَمْثَالِ أَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَتُوجَدُ مِنْ مَسِيْرةٍ كَذَا وَكَذَا

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (yang pertama adalah) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (yang kedua adalah) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berpaling dari ketaatan dan mengajak lainnya untuk mengikuti mereka, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” [HR. Muslim, no. 2128]



3. Selanjutnya aku harus bagaimana ?

Aku juga terus berpikir, yang namanya hijrah masa yang berubah cuma penampilannya saja ? Setelah bicara soal hijab dan penampilan, aku kemudian belajar untuk memperbaiki sikap, perkataan, dan beribadah dengan benar. Tapi semua akan aku bahas diluar artikel ini ya, pelan-pelan karena kali ini ini aku akan fokus cerita tentang penampilan dahulu.

Alhamdulillah karena tiga item tadi, aku jadi terbiasa memakainya didalam rumah juga nih. Jadi kalau ada tamu, paket datang, ojol nganter makanan, dan lainnya .. posisiku dah siap nih, tinggal keluar. Karena rumahku itu bentuknya kayak kompleks gitu, tetangga banyak, jadi pintu rumah selalu terbuka dan tetangga lalu lalang adalah hal biasa. Dulu aku tak berhijab saat dirumah, tapi entah darimana pikiran ini datang kala itu. Aku seperti disadarkan dengan kata-kata ini "setiap keluar rumah kamu membiasakan berhijab, tapi dirumah rambutpun terlihat. Apa gunanya? Percuma! Tetangga/orang-orang sekitarmu sudah melihat aurat mu". Kalimat itulah yang menggerakkan ku untuk pakai hijab meski dirumah, aku selalu berpikir seperti itu. Percuma aku keluar pakai hijab, toh tetangga atau orang-orang yang datang juga sudah pada tau aurat ku. Percuma, apa yang harus ditutupin dari orang-orang? Ini mirip dengan cerita orang-orang yang pakai hijab cuma kadang-kadang, sehari pakai dan sehari gak pakai. Mungkin belum tergerak atau belum terbiasa, tak apa karene proses orang memang berbeda.

Eits! Tunggu dulu, jangan menelan mentah-mentah perkataanku ya. Meski aku bilang percuma, bukan berarti aku menyerah begitu saja. Aku kembali teringat dengan ayat-ayat yang telah disebutkan tadi (poin 2) dan beberapa hadist yang dengan gamblang menggambarkan siksaan bagi perempuan yang tidak menutup aurat. Jujur, aku membacanya untuk menakuti diri sendiri agar hatiku tergerak, agar aku sadar bahwa yang namanya berhijab itu perlu dipaksa (untukku). Kalau bukan sekarang, kapan lagi ? Padahal satu hal yang pasti adalah kematian. Bisa datang kapan saja, mau pakai hijab sendiri atau dipakaikan orang lain saat kita sudah meninggal ?. Nah, karena sudah sadar alias takut niat itu bakal muncul. Dari sinilah aku memantapkan diri terus berhijab dimanapun, intinya jangan sampai ada yang tau auratku selain orang tua.

Setelah cerita tentang kebiasaan, aku masih berproses hingga saat ini. Saat hendak membeli baju baru, item yang menjadi prioritas adalah rok. Ayo biasakan pakai rok, gini-gini aku dulu tomboy. Tapi yang namanya niat dan usaha ternyata membiasakan pakai rok itu tak sulit. Karena aku adalah tipe yang jalannya cepat dan suka gerak, aku memilih rok yang bentuknya lebar gitu, jadi pelan-pelan aku membuat diriku nyaman dengan penampilan ini. Selain itu aku juga membeli outer atau blazer lengan panjang, agar gak pake jaket terus. Sesekali juga memilih kaos lengan panjang. Kemudian aku mulai menyingkirkan pakaian-pakaian yang pendek dan berbentuk aneh, tidak dibuang tapi diberikan pada yang membutuhkan. Setelah itu pakaian ku jadi berkurang dan tak begitu banyak. Tapi tak masalah, tinggal memadu padankan pakaian yang ada saja. Kembali ke pertanyaan paling atas "kamu gak suka fashionable gitu?"

Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”. (HR. Tirmidzi).

Hadist itu lah yang saat ini aku pelajari, aku juga sedang berproses, memanage bagaimana caranya agar aku tidak membelanjakan uang untuk membeli pakaian yang bahkan akan jarang dipakai. Aku sama seperti mereka yang setiap kali  melihat pakaian bagus, lucu, unik, kekinian rasanya juga pengen beli. Apalagi kalau lagi trend, yang pakai selebgram, pas ada diskon, harganya jadi murah. Tapi Alhamdulillah, aku kembali pakai prinsip di point 1. Untuk apa mengikuti trend kalau sudah punya gaya sendiri ? Lagi pula segala amal perbuatan yang kita lakukan di dunia, akan dipertanggung jawabkan di akhirat. Bukan hanya amal yang akan dihisab, tapi juga segala barang yang kita miliki seperti koleksi pakaian, sepatu, dan lainnya. Kemudian barang-barang tersebut jadi menumpuk, lama-lama tidak pernah dipakai, terus tak memiliki manfaat dan malah menjadi bagian dari perhitungan hisab harta kita kelak di akhirat. Memang, Islam tidak pernah melarang seorang Muslim untuk membelanjakan hartanya. Tapi, apakah harta yang kita belanjakan akan menuntun kita pada kebaikan, atau justru sebaliknya? Jangan-jangan malah membuat kita jadi manusia yang boros dan mubadzir ? Padahal kedua hal tersebut membawa kita dekat dengan syaiton. Bagaimana ? Aku sih takut, ini baru ngomongin yang dihisab dari segi pakaian yang kita punya, belum yang lainnya ? 

Percayalah, pakai hijab mungkin sulit tapi lama-lama jadi terbiasa. Kalau sudah terbiasa, yang tadinya sulit justru malah jadi kebutuhan. Nah, dari kebutuhan itulah kita akan mendapat kenikmatan dan sulit untuk meninggalkan. Dengan memakai hijab akupun merasa aman dan seakan-akan ada yang melindungi.

"berhijab tapi kok gak pernah sholat" , "kalau mau pakai hijab mending benerin dulu ahlaknya" , "percuma pakai hijab, masa lalunya aja dah kelam"

Terserah kata orang, abaikan mereka. Kita hidup bukan dari uang meraka. Mereka juga tidak bisa memberi kita surga. Mereka tidak bisa mendengar hati kita, jadi untuk apa mempedulikannya? Jadi, teruslah berproses. Mengenakan hijab adalah langkah awal untuk berubah. Untuk membuktikan bahwa perkataan mereka salah, maka setelah mantap berhijab mulailah memperbaiki sikap terutama perkataan. Terus bagaimana cara memperbaikinya ? Akan aku tulis di part 2, tunggu ya..


Terimakasih sudah membaca hingga akhir. Semoga tulisan kali ini bisa sedikit memberikan manfaat dan motivasi. Jika sempat, silahkan tinggalkan komentar

Komentar

  1. Semangatss bertumbuh dan berproses ya kak. Semoga selalu dimudahkan 😍

    BalasHapus
  2. hmmmm saya tertarik pada tahapan nutup aurat itu ...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Nabi Sulaiman as Berkahwin Dengan Jin Ratu Balqis

Aku Ingin Belajar Al Quran Sebagai Pedoman Hidup

INILAH HIDUPKU