Aku Mencari Teman, dunia dan akhirat


Ini adalah awal kisahku saat mencari teman..

Aku datang untuk ditinggalkan. Itu adalah hal yang terbesit di kepalaku setelah aku mengalami beberapa kali kegagalan untuk menjalin pertemanan. Saat itu usiaku masih 13 tahun. Masa-masa remaja adalah masa-masa dimana ambisi dan emosi sedang meluap-luapnya. Iya ga ? Kalau aku sih iya.

Singkat cerita ketika aku duduk di bangku sekolah menengah pertama di daerah Jogja. Aku punya teman, namanya Ana. Kami selalu bersama dan sepertinya sudah saling akrab. Dikelas, kami duduk satu bangku. Kami juga pulang bersama. Dia selalu aku bonceng dengan sepeda biru milikku. Aku juga sering singgah di rumahnya sepulang sekolah. Meskipun hanya untuk tidur atau main bersama. Satu hal yang masih membekas dalam ingatanku adalah ketika kami bermain disungai. Dengan niat ngerjain tugas sains yang menyaring air kotor supaya lebih bening itu loh .. tapi kami malah asik mainan apa aja ya dulu itu hahaha. Aku juga ingat ketika sedang berada dirumah ana, eh! Ada orang gila nyanyi sendiri kaya konser. Dan karena itupun kami menirukan untuk bernyanyi. Hahaha , benar-benar gila! Tapi ternyata pertemanan kita terlalu singkat. Setelah kenaikan kelas 8, yang saat itu hari pertama masuk kelas. Selama seharin Aku sama sekali tak melihat Ana. Dan pada akhirnya aku tau bahwa dia pindah ke Jakarta. Yup , tanpa ada kata perpisahan antara kami.

Saat kelas 8, aku memiliki teman baru bernama Elly. Kulitnya putih dan badannya tidak terlalu tinggi. Pertemananku ini juga tidak berlangsung lama. Aku hampir lupa apa alasan dia menjauh dariku. Yang jelas, semua itu tampak nyata ketika teman baru Elly dari kelas lain melabrakku. Dulu jaman SMP, aku sudah mengenal dengan pergaulan remaja yang menyimpang moral. Semua dihadapkan didepan mataku. Maklum, saat itu sekolah swasta dikenal sebagai tempatnya murid-murid nakal dan berasal dari buangan dari sekolah negeri. Meskipun sekolah yang berbasis agama, pada nyatanya terapannya pun tergantung pada pribadi masing-masing. Jujur , aku sempat menyesal menuntut ilmu  dan mengenal pergaulan di sekolah ini. Tapi semua ada hikmahnya. Semua ini adalah ujian, seberapa mampu aku mempertahan iman terhadap pergaulan yang tidak semestinya. Mungkin aku tau tentang hal buruk itu, tapi aku bersyukur tidak terjerumus kedalamnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh peran penting orang tua dalam mendidik anak. Seberapa mereka perhatian terhadap anak, menunjukkan kasih sayangnya, dan yang jelas juga adalah pengawasan. Dan semua itu aku dapatkan dari orang tuaku.

Lanjut ngomongin teman ya. Hal yang sama terulang lagi dikelas 9. Aku kehilangan teman bernama Diani. Kali ini aku yang pergi. Aku sadar sudah melampaui batas. Aku semakin jauh dengan Allah ketika bersama Diani. Rasanya dosaku semakin bertambah. Dan aku tidak menyesal untuk pergi. Masa-masa remajaku sangat suram. Aku ingin lebih dekat dengan-Mu lagi ya Rabb. Aku ingin memperbaiki semuanya.

Kemudian aku melanjutkan sekolah menengah atas. Aku sekolah di salah satu SMK Negeri. Aku mengikuti organisasi kerohanian yang disebut Rohis. Aku berharap ini bisa menjadi langkah awal untuk aku berubah menjadi muslimah yang taat (bersambung)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Nabi Sulaiman as Berkahwin Dengan Jin Ratu Balqis

Aku Ingin Belajar Al Quran Sebagai Pedoman Hidup

INILAH HIDUPKU