Tingkatan Seorang Muslim, Ramadhan 2019

Di hari yang penuh berkah ini sudah sepantasnya kita kembali dan terus memperbaiki diri. Kita harus tau dimanakah posisi diri saat ini. Apakah benar-benar sudah berada di jalan Allah atau justru masih tertinggal jauh ? Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk bertaubat. Amalan-amalan yang didapat juga akan semakin berlipat. Gimana, sungguh nikmat bukan ?

Di bulan Ramadhan ini pula saya insyaallah akan menyampaikan apa yang saya dapatkan selama kurang lebih 30 hari saat mendengarkan ceramah di beberapa masjid. Dalam tarawih pertama yang disampaikan imam adalah mengenai "Tingkatan Dalam Agama" . Pastinya sebagian orang sudah sering mendengar tentang Islam, Iman, dan Ihsan. Namun saya akan sedikit menyampaikan kembali terutama untuk diri saya sendiri sebagai pengingat bahwa ketiga tingkatan tersebutlah sangatlah penting untuk dipahami.

Tingkatan Islam
Di dalam suatu hadits, ketika Rosululloh ditanya tentang Islam beliau menjawab,  "Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa romadhon dan berhaji ke Baitulloh jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana”.

Maka yang bisa dipetik dari hadits ini yaitu bahwa Islam itu terdiri dari 5 rukun yang meliputi syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji. Jadi bagaimana dengan kita, apakah sudah menjalankan ke 5 rukun Islam tersebut ?. Saya jadi ingat ketika guru saya juga pernah menyampaikan perihal filosofi lima jari. Apabila rukun Islam di ibaratkan menjadi lima jari yang menggenggam sebuah pena, Jari Jempol memiliki fungsi yang paling sentral, karena semua jari bergantung pada jempol. Jempol melambangkan rukun Islam yang pertama, yaitu membaca dua kalimah syahadat. Membaca dua kalimat syahadat merupakan induk dari ajaran Islam. Dan belum bisa dikatakan sebagai orang Islam jika belum mengucapkan dua kalimah syahadat. Jari Telunjuk ibarat Shalat yang diperintahkan supaya selalu ditegakkan, karena dengan tegaknya shalat, Islam akan kuat dan kokoh. Jari Tengah ibarat puasa. Dengan puasa setiap orang Islam bisa meraih derajat yang tinggi. Puasa juga bisa menjadikan orang untuk menahan hawa nafsu. Jari Manis ibarat Zakat. Dalam Islam, zakat menjadi sarana untuk berbagi kepada umat yang kurang mampu maupun yang lebih membutuhkan. Jari Kelingking yang berfungsi melengkapi dan menyempurnakan fungsi tangan menjadi lebih kokoh. Jari ini ibarat Haji yang merupakan rukun Islam yang kelima. Dengan haji, umat Islam bisa beribadah di rumah Nya dan merasakan suasana kota kelahiran Nabi Muhammad saw.

Dokpri

Jadi, sudah sampai mana kita melaksanakan ke lima rukun tersebut ? Jika haji diwajibkan bagi yang mampu, kita masih bisa melaksanakan empat rukun lainnya.

Dokpri

Syahadat, solat, puasa, dan zakat. Jika zakat juga tak dilaksanakan karena belum mampu, kita masih bisa syahadat, solat, dan puasa.

Dokpri

Puasa yang dimaksud yaitu di bulan Ramadhan yang datang setahun sekali. Namun, masih ada banyak orang yang lalai dalam menjalankannya. Nah dari sini tinggal syahadat dan sholat nih, masa masih tidak di jalankan ?

Dokpri

Jika sholat tak dijalankan, apa masih pantas menyebut diri ini memeluk agama islam meskipun melafalkan syahadat ? Padahal sholat merupakan tiang agama. Pena tidak dapat di pegang hanya dengan jari jempol. Sama halnya dengan islam yang bukan sekedar bersyahadat. Mari kita belajar untuk taat dalam beribadah.

Tingkatan Iman
Selanjutnya Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda, “Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari akhir dan engkau beriman terhadap qodho’ dan qodar; yang baik maupun yang buruk”. Jadi, Iman yang dimaksud disini mencakup perkara-perkara batiniyah yang ada di dalam hati.

Tingkatan Ihsan
Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Lalu Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah penjelasan tentang ihsan yaitu seorang manusia menyembah Rabbnya dengan ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi semacam ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua, yaitu menyembah kepada Allah dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas dari tertimpa siksa-Nya.

Sebelum sholat belajar wudhu dulu yuk, Klik!
Jadi, mari melangkah bersama dalam jalan Nya. Mari saling mengingatkan dalam kebaikan. Dan jangan lupa tinggalkan komentar ya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Nabi Sulaiman as Berkahwin Dengan Jin Ratu Balqis

Aku Ingin Belajar Al Quran Sebagai Pedoman Hidup

INILAH HIDUPKU